Site Map

Sabtu, 05 Januari 2013

Tata Cara berternak burung puyuh

Sebagian besar masyarakat Indonesia pasti sudah menikmati sedapnya telur puyuh. Jenis unggas yang dikenal sebagai Gemak merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Burung puyuh cukup mudah dibudidayakan. Dengan tingkat kebutuhan pasar yang tinggi menjadikan budidaya burung puyuh ini sebagai peluang usaha yang menjanjikan.
Berikut ini adalah serba-serbi budidaya burung puyuh dimulai dengan sejarah singkat burung puyuh, sentra  budidaya burung puyuh, jenis-jenis burung puyuh, manfaat burung puyuh, persyaratan lokasi budidaya burung puyuh,  pedoman teknis budidaya burung puyuh, hama dan penyakit burung puyuh dan lain-lain.
SEJARAH SINGKAT
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.
SENTRA PETERNAKAN
Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
JENIS
Kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix Japonica
MANFAAT
  1. Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat
  2. Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
  3. Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman
PERSYARATAN LOKASI
  1. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
  2. Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
  3. Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
  4. Bukan merupakan daerah sering banjir
  5. Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
TEKNIS BUDIDAYA BURUNG PUYUH
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan. Secara rinci akan kita bahan lebih lanjut satu persatu.
PENYEDIAAN SARANA DAN PERALATAN
1. Persiapan kandang
Untuk budidaya burung puyuh, persyaratan kandang yang baik perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Sehingga kondisi kandang tidak lembab.
Dalam mempersipkan kandang burung puyuh ini, kita mempunyai 2 alternatif yang biasa diterapkan peternak puyuh, yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Sedangkan ukuran kandang yang digunakanumumnya untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjutnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.
Ada beberapa tahapan dalam budidaya burung puyuh. Masing-masing tahapan idealnya memerlukan persiapan kandang yang sesuai, yaitu :
  • Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 m2.
  • Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.
  • Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
Jenis kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Sebaiknya kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (ukuran ini cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
  • Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Jenis kandang berikutnya, bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
2. Kelengkapan kandang
Perlengkapan yang diperlukan dalam kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
PENYEDIAAN BIBIT
Seperti sudah diainggung diatas, penyediaan bibitmerupakan tahapan yang penting dalam budidaya burung puyuh. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
  1. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
  2. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
  3. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
PEMELIHARAAN
Setelah kita dapatkan bibit yang baik, selanjutnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemeliharaan puyuh, meliputi :
  • Kebersihan/Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
  • Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
  • Pemberian Pakan
Pemberian pakan merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan beternak burung puyuh dengan hasil yang maksimal. Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematukmatuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan diberikan terus-menerus.
  • Pemberian Vaksinasi
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral).
HAMA DAN PENYAKIT
Seperti usaha pada umumnya, budidaya burung puyuh ini mengalami beberapa hambatan, umumnya serangan hama maupun penyakit. Untuk pencegahan ada baiknya kita mengetahui jenis-jenis hama ataupun penyakit yang sering menyerang unggas ini.
1. Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.
2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yangspesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian:
  • menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang
  • pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
3. Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
4. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian:
menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayoco
5. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
6. Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
7. Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami
gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
8. Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk.
Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
PEMANENAN
Tahapan yang paling ditunggu oleh seorang pengusaha adalah saat pemanenan. Seperti telah didisinggung diatas, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari budidaya burung puyuh ini, yaitu :
  • Hasil Utama
Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
  • Hasil Tambahan
Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja untuk pupuk kandang serta bulu puyuh sebagai bahan baku kerajinan tangan.
Nah,,, Tunggu apalagi, satu jenis usaha, budidaya burung puyuh, beragam hasil yang didapat. Selamat menjadi pengusaha dan semoga sukses…

Ternyata ASI Mengandung 700-an Jenis Bakteri

Anda terkejut membaca judul tulisan ini? saya juga, ketika pertama kali membacanya pada situs Medical Daily. Bagaimana tidak, ASI yang dianggap sebagai nutrisi yang paling baik bagi bayi ternyata mengandung ratusan jenis bakteri. Tapi, sebaiknya anda menunda prasangka buruk itu sebelum membaca keseluruhan reportase hasil riset yang dipublikasi pada American Journal of Clinical Nutrition pada September 2012 lalu.
Untuk pertama kalinya peneliti dari Spanyol telah berhasil membuat peta mikroba dalam ASI. Setidaknya, ada sekitar 700 jenis bakteri yang ditemukan dalam riset itu. Tujuan utama dari riset itu sesungguhnya untuk mengetahui kandungan bakteri di dalam ASI dan mengungkap perannya bagi pertumbuhan bayi. Boleh dikatakan, bakteri-bakteri itu sebenarnya memiliki fungsi yang tak kalah penting bagi perkembangan sistem imun bayi. Karenanya, langkah awal dalam mengetahui peran bakteri-bakteri itu, dibuatlah peta koloni bakteri dalam ASI.
Dalam peneltiian itu, para peneliti menggunakan sampel ASI yang diambil dari 18 ibu. Pengambilan sampel ASI dilakukan ketika pertama kali menyusui atau kolostrum, satu bulan setelah kelahiran dan enam bulan berikutnya. Para peneliti juga membandingkan kandungan bakteri pada ASI wanita yang mengalami obesitas dan yang memiliki berat badan normal. Demikian pula dengan wanita yang melahirkan normal dan melalui operasi caesar.
Hasilnya, peneliti menemukan 700 spesies bakteri yang terdapat di dalam kolostrum. Jenis yang paling sering ditemukan adalah Weissella, Leuconostoc, Staphylococcus, Streptococcus, dan Lactococcus. Beberapa bulan berikutnya spesies bakteri yang ditemukan juga berubah. Jenis yang lebih sering ditemukan adalah Veillonella, Leptotrichia dan Prevotella.
Lebih lanjut, penelitian itu juga menemukan bahwa ibu yang kelebihan berat badan cenderung memiliki keragaman bakteri yang lebih sedikit. Begitu pula dengan ibu yang melahirkan dengan cara operasi. Hal ini sangat berbeda dengan keragaman bakteri pada ASI pada ibu yang memiliki berat badan normal dan melahirkan secara vaginal. Jumlah bakteri yang ditemukan lebih tinggi.
Pertanyaannya adalah apakah bakteri-bakteri ini cukup berbahaya bagi bayi? Para peneliti menduga bahwa keberadaan bakteri-bakteri ini penting dalam membantu mencerna kandungan nutrisi yang terkandung dalam ASI agar lebih muda dicerna oleh saluran pencernaan bayi yang masih belum matang. Selain itu, bakteri-bakteri ini berperan dalam membentuk sistim kekebalan tubuh bayi. Ketika berada di dalam tubuh, sistem imum bayi akan teransang untuk terbentuk dan mengenali bakteri-bakteri tersebut serta menyimpannya dalam memori. Dengan demikian, ketika dewasa nanti sistem imun sudah memiliki profil bakteri-bakteri tersebut dan sekaligus juga sudah memiliki molekul yang dapat digunakan untuk menghancurkannya.
Namun bagaimanapun, peran itu masih bersifat spekulatif. Riset masih terus dilanjutkan untuk mengetahui peran dari bakteri-bakteri itu secara spesifik bagi bayi. Menurut peneliti “Jika bakteri ditemukan dalam ASI pada penelitian ini adalah penting untuk pengembangan dari sistem kekebalan tubuh, penambahannya dalam susu formula bayi bisa mengurangi risiko alergi, asma dan penyakit autoimun,”

PEMANFAATAN PEKARANGAN


PENDAHULUAN
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasnya, karena letaknya di sekitar rumah, maka pekarangan merupakan lahan yang mudah diusahakan oleh seluruh anggota keluarga dengan memanfaatkan waktu luang yang tersedia. Pemanfaatan pekarangan yang baik dapat mendatangkan berbagai manfaat antara lain:

  1. Sumber pangan, sandang dan papan penghuni rumah
  2. Sumber plasma nutfah dan ragam jenis biologi,
  3. Lingkungan hidup bagi berbagai jenis satwa,
  4. Pengendali iklim sekitar rumah dan tempat untuk kenyamanan,
  5. Penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen,
  6. Tempat resapan air hujan dan air limbah keluarga ke dalam tanah,
  7. Melindungi tanah dari kerusakan erosi
  8. Tempat pendidikan bagi anggota keluarga


PENATAAN PEKARANGAN
Pekarangan merupakan lahan di sekitar rumah, karena itu pemanfaatan pekarangan bukan hanya mempertimbangkan hasil, tapi juga perlu mempertimbangkan aspek keindahan. Sebagai acuan, penataan pekarangan dapat dilakukan sebagai berikut:

  1. Halaman depan (buruan):, tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman, tempat menjemur hasil pertanian
  2. Halaman samping (pipir): tempat jemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi
  3. Halaman belakang (kebon): bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak, tanaman industri

POTENSI PENGEMBANGAN
Komoditi yang diusahakan dipekarangan sebaiknya disesuaikan dengan kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan nilai guna meliputi:

  1. Tanaman pangan: umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, bumbu-bumbuan, obat
  2. Tanaman  bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran, hias (bunga potong, tanaman pot, tanaman taman, anggrek)
  3. Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pedaging
  4. Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dll.



DAUR ULANG DI PEKARANGAN
Usahatani di pekarangan dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah karena, limbah yang dihasilkan dapat di daur ulang untuk kepentingan usahatani berikutnya:

  1. Sampah pekarangan dan sampah rumah tangga dapat dikomposkan  dengan membuat lubang sampah atau bak-bak pengomposan.
  2. Selain untuk pupuk, sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan
  3. Pupuk kandang dan  endapan lumpur dari kolam digunakan untuk pupuk  bagi tanaman

BUDIDAYA ORGANIK
Budidaya tanaman di pekarangan sebaiknya dilakukan secara organik atau sesedikit mungkin menggunakan bahan kimia. melalui upaya tersebut bahan pangan yang dihasilkan lebih sehat.

  1. Bahan organik berasal dari sisa tanaman, limbah ternak, libah rumah tangga atau lumpur endapan kolam ikan.
  2. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan biodekomposer yang banyak dijual di pasaran ( EM4, STARDEC, BIODEC, dan lain-lain)


POLA TANAM VERTIKAL (TANAM BERSUSUN)
Pola tanam vertikal merupakan usaha pertanian dengan memanfaatkan lahan semaksimal mungkin dengan memanfaatkan potensi ketinggian, sehingga tanaman yang diusahakan per satuan luas lebih banyak. Pola ini  selain menghemat tempat juga hemat dalam penggunaan pupuk dan air

  • Media tanam dapat menggunakan media campuran  tanah, pupuk kandang dan pasir/sekam dengan perbandingan 1:1:1 yang ditempatkan pada bak-bak tanaman (paralon, bambu, pot) yang diatur bersusun ke atas..
  • Tanaman yang menginginkan keteduhan diletakan paling bawah dan yang lebih suka panas diletakkan di atas.


TABULAPOT
Tabulapot adalah menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman lainnya: bunga) di dalam pot.

  • Media tanam harus mampu menopang tanaman, dapat menyediakan hara, air dan aerasi yang baik (sama dengan untuk pola tanam vertikal)
  • Pot yang kurang baik, akan menghasilkan tata udara yang kurang baik sehingga kurang menguntungkan untuk perkembangan akar.


Kebijakan Kementerian Pertanian Terkait Produk Rekayasa Genetik (PRG)

Tantangan PembangunanPertanian
Jumlah dan pertambahan penduduk Indonesia yang tinggi merupakan prioritas utama dalam mengembangkan pertanian Indonesia, khususnya pangan.  Dengan adanya dinamika di tingkat global akibat dari perubahan iklim, kelangkaan energi, finansial, telah merubah gagasan bahwa masalah pangan tidak dapat dipecahkan dengan hanya memperbaiki sistem distribusi pangan global, tetapi masing-masing negara harus memperkuat ketahanan pangannya.    Presiden SBY menegaskan kepada Gubernur, Bupati, Walikota, dan DPRD pada Rapimnas 10 Januari 2011 bahwa Meskipun dalam system perdagangan kita bisa membeli atau menjual, tetapi untuk pangan kita harus menuju kemandirian pangan.  Dalam menjawab review yang dilakukan oleh Tim OECD, Menteri Pertanian mengingatkan bahwa dalam Kebijakan Ketahanan Pangan tercakup kebijakan Kemandirian Pangandan Kedaulatan Pangan. Masalah pangan tidak boleh bertumpu pada ketersediaan pangan dari luar, tetapi harus bertumpu pada ketersediaan pangan dari dalam negeri, tidak boleh bertumpu pada Multi Nasional Coorporate. Investasi memang diperlukan untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya peningkatan produksi pangan nasional harus dapat dimanfaatkan agar petani mampu memperoleh peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya.

Dalam upaya mencapai kedaulatan pangan, pembangunan pertanian saat ini dihadapkan ke dalam berbagai tantangan yang harus dihadapi bersama. Pada komoditas padi dan jagung misalkan tantangan terletak pada meningkatnya laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, belum seimbangnya antara ragam potensi pangan dengan ragam pangan yang dikonsumsi, dan kehilangan hasil akibat serangan OPT dan pada tahap pascapanen. Oleh sebab itu, program-program Kementerian Pertanian disusun untuk memecahkan masalah tersebut secara komprehensif.  Hasil simulasi target-target Kementerian Pertanian ke depan terletak pada (1) pengurangan susut panen 1,5 %/tahun, (2) penurunan konsumsi beras 1,5% per kapita/thn, (3)peningkatan produktivitas dari 5,1 ton/ha menjadi 5,7 ton/ha dan Indeks Panendari 1,5 menjadi 1,7 melalui perbaikan 18,8%/thn dari total jaringan irigasi, penggunaan pupuk berimbang  70% dari total luas tanam, benih varietas unggul bermutu minimal 60%, pengendalian OPT dengan PHT dan spot stop mencapai 70%, peningkatan intensitas penyuluhan 50% dari total desa, dan (4) penambahan luas sawah seluas 130.000 ha.  Target tersebut, disusun dari asumsi-asumsi yang logis atas dasar kemampuan yang ada dan keterlibatan sektor-sektor lain di luar Kementerian Pertanian baik dalam penyusunan simulasi maupun di dalam implementasinya ke depan.

Kebutuhan Terhadap BenihTanaman
  • Kebutuhan dan StatusPemanfaatan Varietas
    Kementerian Pertanian mencanangkan empat target pembangunan pertanian yaitu (1) swasembada 5 komoditas pangan pokok, padi, jagung, kedelai, gula dan daging; (2)meningkatkan nilai ekspor untuk tanaman perdagangan, (3) upaya meningkatkan diversifikasi pangan terutama menggali sumber daya lokal, dan (4) meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani. Upaya untuk mencapai target tersebut memerlukan bantuan teknologi yang tepat.

    Dalam mendukung keempat program tersebut, khususnya teknologi perbaikan varietas/ras, program Penelitian Pengkajian Pengembangan dan Penerapan (Litkajibangrap) diperkuat mulai dari pengelolaan sumber daya genetik sampai ke teknologi perbenihan. Penguatan tersebut mencakup penguatan Bank Gen dan fasilitas penyimpanan SDG di UPT komoditas, karakterisasi dan evaluasi intangible value dari SDG lokal ke dalam teknologi, penguatan program pemuliaan termasuk membentuk konsorsium dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian lain seperti  BATAN, dan perluasan program diseminasi varietas ke daerah termasuk penguatan kapasitas penyediaan benih sumber bagi penangkar di daerah. Melalui upaya ini, dalam hal varietas tanaman pangan saja, tidak kurang dari 244 varietas padi, 54 varietas jagung, dan 58 varietas kedelai telah dihasilkan.  Sampai saat ini tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul spesifik lokasi telah mencapai 90% untuk padi, 45% untuk jagung, dan 80% untuk kedelai.Oleh karenanya, Kemeterian Pertanian memandang benih dari varietas PRG hanya merupakan salah satu potensi alternatif untuk digunakan apabila memenuhi aspek keamanan hayati, tepat menjawab persoalan yang ada, dan memberikan nilai keuntungan bagi petani.

    Dalam dua tahun terakhir Badan Litbang Pertanian telah banyak melakukan upaya ke arah hilir dari litkajibangrap, yaitu diseminasi teknologi ke wilayah operasional dilapang baik melalui kerjasama dengan berbagai pihak.  Peningkatan diseminasi teknologi tersebut telah menjadi tuntutan publik sebagaimana dilansir media masa.  Benih-benih varietas baru dari pemulia yang jumlahnya terbatas disampaikan kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) untuk diuji adaptasi bersama-sama dengan penyuluh dan pemerintah daerah sehingga dapat dipilih varietas mana yang cocok dan disukai oleh petani.   Hal ini dilaksanakan mengingat areal pertanian di Indonesia yang bersifat spesifik baik lingkungan fisik maupun preferensi masyarakat terhadap produknya. Dengan hasil ini, pemetaan terhadap kebutuhan teknologi varietas yang cocok dapat dibangun dan penyampaian benih dari pemulia tanaman ke penangkar lokal dapat dilakukan lebih cepat.

    Jalur lain dalam diseminasi dan promosi varietas lokal adalah melalui gerakan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).  Gerakan ini dicetuskan pertama kali oleh Menteri Pertanian dalam upaya meningkatkan kemampuan lokal dalam menyediakan kebutuhan berbasis kapasitas lokal.  Memang pada tahapan awal dari gerakan ini masih berorientasi kepada diseminasi hasil-hasil penelitian Badan Litbang Pertanian.  Namun ke depan, melalui kawasan ini hasil-hasil spesifik daerah yang sedang digali dapat dipromosikan.  Sebagai contoh, hasil kerjasama yang dilakukan oleh beberapa Pemerintah Daerah dan petani, seperti Pemda Provinsi Kaltim, Riau, dan Yogya, dengan Badan Litbang Pertanian untuk memperpendek umurvarietas padi lokal tertentu tanpa merubah mutunya.  Dengan demikian, status aset lokal tersebut dapat terangkat dan berperan lebih banyak dalam pembangunan pertanian.

    Kegiatan penelitian rekayasa genetik dilakukan pada tanaman tertentu untuk menjawab persoalan yang dihadapi dan belum dapat dipecahkan melalui teknologi yang ada.  Kegiatan tersebut mencakup penelitian kloning gen yang berkaitan dengan sifat toleran terhadap kekeringan, umur genjah, dan produktivitas tinggi dari SDG lokal. Penelitian ini diharapkan selesai pada tahun2013, sehingga ke depan Indonesia tidak harus bergantung kepada negara lain, khususnya untuk tanaman padi.  Dalam hal perakitan tanaman, beberapa galur transgenik telah dihasilkan namun masih harus memenuhi proses penelitian untuk memperoleh data sebagaimana diwajibkan dalam pengkajian keamanan hayati sehingga tentu saja produk ini belum dapat dilepas ke publik.
  • Peraturan tentang Pelepasandan Perlindungan Varietas TanamanPelepasanvarietas baru untuk tanaman, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang nomor 12 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 1994, harus dilakukan setelah melalui serangkaian uji adaptasi. Pelepasan varietas baru tersebut diatur melalui Keputusan Menteri Pertanian nomor 61 tahun 2011 tentang Pengujian, Penilaian dan Pelepasan Varietas Tanaman.  Setelah dilepas, maka perbanyakan dan distribusinya dapat dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang ada.  Khusus untuk tanaman PRG,pelepasan hanya dapat dilakukan apabila produk tersebut telah memperoleh status aman hayati.  Oleh sebab itu, tidak benar apabila suatu tanaman telah memperoleh status aman hayati, benihnya dapat dilepas ke publik tanpa melakukan proses pengujian varietas.  Atau sebalik, tidak dapat suatu benih varietas PRG dilepas tanpa adanya sertifikat aman hayati.
    Sejalan dengan upaya percepatan penyampaian teknologi kepada pengguna, kebijakan pemanfaatan hasil penelitian mengalami penyempurnaan.  Diantaranya, peraturan yang berkenaan dengan pengujian, penilaian dan pelepasan varietas tanaman mengalami beberapa perubahan.  Namun, berkenaan dengan pemanfaatan varietas PRG, aspek keamanan hayati tetap menjadi prioritas sehingga tidak mungkin varietas dilepas tanpa adanya sertifikat keamanan lingkungan, keamanan pangan dan/atau keamanan pakan.  Pengujian adaptasi varietas PRG bisa saja dilaksanakan paralel dengan pengkajian keamanan hayati, namun pelepasannya masih harus ada atau tidaknya sertifikat keamanan.  Dalam hal penamaan varietas, varietas PRG diwajibkan mencantumkan nama eventnya untuk memudahkan tracking dan diwajibkan mencantumkan label sebagaimana diatur dalam tata cara pelabelan.
Penutup
Kebijakan Kementerian Pertanian dicerminkan pada  visinya untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani. Untuk mencapai visi tersebut dibutuhkan seperangkat teknologi yang tepat untuk mengangkat posisi sumber daya genetik lokal, terutama yang mendorong kemandirian nasional dan kesejahteraan petani. Oleh karenanya, PRG diposisikan sebagai salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan secara hati-hati. Kehati-hatian ini tercermin dari persyaratan pemanfaatan produk tersebut harus melalui satu perangkat pengkajian keamanan.